Mencari Sosok Pemimpin Ideal ( catatan diskusi LPPAI Yayasan Pendidikan Informatika dan PS2PM Unsera )

deli

Mencari sosok pemimpin ideal tidak semudah membalikan telapak tangan. Apalagi di tengah era demokrasi liberal saat ini. Lembaga survey dan media massa menjadi Tuhan untuk menentukan siapa yang berhak memimpin negeri ini.

 

Guru Besar IAIN SMH Banten, Prof DR H M.A. Tihami MA., MM menjelaskan, dalam kebudayaan masyarakat Banten terdapat tiga kriteria untuk memilih seorang pemimpin, yakni pinter, jelinger, dan wanten.

 

Pinter berarti pemimpin harus memiliki keilmuan yang mumpuni sebagai pemimpin, jelinger, memiliki kecerdasan yang dapat menopang keilmuan tersebut seperti kemampuan mendialogkan dirinyan spiritual, ruh, akal, sosial, emosional, dan lain sebagainya.

 

“Ketiga ini yang juga penting, wanten. Meskipun alim atau jelinger, tanpa keberanian atau wanten hal itu akan sia-sia. Dan dalam diri Rosulullah itu memiliki ketiganya,”  ungkap Tihami dalam acara diskusi nasional “Islamic Leadership” yang digelar  Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Ajaran Islam (LPPAI) Yayasan Pendidikan Informatika (YPI) yang bekerjasama dengan Pusat Studi Sosial dan Pengembangan Masyarakat (PS2PM) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsera, di Aula Utama Universitas Serang Raya, Rabu (7/5/2014).

 

Menurut Tihami, Kepemimpinan dalam Islam memang tidak akan terlepas dari sejarah masa kepemimpinan rasulullah hingga khalifash setelahnya. Banyak hal yang bisa diambil saat proses rotasi kepemimpinan tersebtu berlangsung hingga kebijakan yang diambil saat mereka memerintah. “Banyak hal yang bisa diambil teladan dari kepemimpinan rosulullah serta para sahabat di era mereka memerintah,” ujarnya.

 

Senada diungkapkan Peneliti Badan Informasi Geospasial (BIG), Prof DR Ing. H. Fahmi Amhar. Meskipun dalam istilah yang berbeda, Fahmi menjelaskan criteria pemimpin yang ideal yang seharusnya ada di masyarakat.

 

Menurut Fahmi, seorang pemimpin harus tahu keinginan masyarakatynya seperti apa, kemudian pemimpin harus hadir di setiap kejadian apapun yang terjadi di masyarakatnya. Kemudian, sambungnya, pemimpin itu harus menjadi orang yang terdepan saat rakyatnya memiliki persoalan,  bukan sembunyi dan menyalahkan orang lain.

 

Tak hanya itu, Fahmi juga menegaskan bahwa seorang pemimpin tidak boleh memberikan harapan palsu. Harus menyebarkan optimisme, spirit menyelesaikan masalah. Seorang pemimpin harus mengkoordinasikan sumber daya. Kalau diperushaan itu bisa dikomunikasikan. Kemudian bisa milih dan jujur dan bisa bekerja. “Pada posisi itulah orang muslim diberikan ajaran oleh Alquran,” tandasnya.

 

Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua Yayasan Pendidikan Informatika (YPI) Mulya R Rachmatoellah mengatakan, kondisi kepemimpinan baik secara nasional maupun internasional mengalami kemerosotan, serta mengalami krisis kepemimpinan. Saat ini pemimpin jarang berbuat adil terhadap rakyatnya, jarang yang mempunyai niat yang lurus, jarang yang tidak meminta jabatan, dan jarang yang berpegang teguh pada hukum Allah.

 

“Dengan kondisi tersebut, maka apakah konsep Islam menjadi sebuah solusi dalam menjawab persoalan tersebut? Kesadaran kita sebagai umat Islam seakan-akan kita enggan untuk mengkaji konsep kepemimpinan dalam Islam,” jelasnya. (BEJE/LLJ)